Nyi Endang Dharma Ayu dikenal
masyarakat Indramayu sebagai perempuan yang berjasa melahirkan daerah
Indramayu. Konon dari nama Dharma Ayu Dharmayu dan Dermayu. Lidah Belanda
menyebutnya in-Dermayu, dan akhirnya Indramayu. Hingga kini masyarakat
memberikan apresiasi yang dalam. Terbukti namanya diabadikan pada beberapa nama
gedung atau kelompok, seperti GOR “Dharma Ayu”, Apotek “Darma Ayu”, Aula “Nyi
Mas Endang Dharma Ayu” di lingkungan Universitas Wiralodra, dan grup tarling
“Endang Dharma” de-ngan pesinden terkanal, Ny. Dadang Darniyah.
Kendati wanita, ketokohannya dalam
Babad Dermayu, sebagai sosok penuh nuansa militer, perang dan keperkasaan.
Sebuah deskripsi yang menempatkan Endang Dharma mirip Cut Nyak Dien Aceh, bukan
Kartini atau Dewi Sartika yang lekat sebagai pemikir, pejuang pendidikan dan
emansipasi.
Buku Sejarah Indramayu susunan
mantan Bupati H. A. Dasuki (1977) yang kemudian dijadikan pegangan oleh Pemkab
Indramayu, menuliskan akhir kehidupannya dalam dua versi. Satu versi dia
menceburkan diri